MAKALAH PPKn
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah PPKn
0leh ;
Kelompok
1 Kelas 517 E
Nining Rosdiana
PROGRAM S1 KEDUA
DUAL MODE SYSTEM (DMS)
LPTK FAKULTAS ILMU
TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIEF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
DAFTAR
ISI
Daftar isi ……………………………………………………………. i
Kata pengantar ……………………………………………………… ii
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………….. 1
C. Tujuan ……………………………………………….. 1
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Pengertian Model Pembelajaran ……………………………………………….. 2
B.
Pemilihan Model Pembelajaran ……………………………………………….. 3
C.
Model-modelPembelajaran ……………………………………………….. 4
BAB
III PENUTUP
Kesimpulan ………………………………………………. 14
Daftar pustaka ……………………………………………… 14
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT seru
sekalian alam telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua untuk
tetap berada dalam keiman dan keislaman. Selawat dan salam semoga tetap kita sanjungsajikan kepada nabi besar Muhammad SAW.
Syukur alhamdulillah kami ucapkan
kepada Allah SWT memberi kami kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dengan baik. Dalam makalah ini berisikan tentang
model-model pembelajaran.
Kami sebagai penyusun menyadari
mungkin banyak kesalahan serta kekurangan yang ada dalam makalah ini. Semoga
makalah ini dapat menjadi bahan bacaan yang bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun Kelompok 1 Kelas 517 E
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Guru sebagai salah satu komponen pendidikan dan merupakan suatu bidang
profesi, mempunyai peranan yang sangat penting didalam proses belajar mengajar.
Bahkan boleh dikatakan bahwa keberhasilan suatu proses belajar mengajar ini 60%
terletak ditangan guru.
Proses pendidikan dalam pengajaran yang hanya menggunakan metode-metode
lama yang mana guru hanya menerangkan dan memberi tugas saja, akhirnya proses belajar-mengajar
menjadi tidak menarik dan membosankan.
Oleh karena itu perlu adanya model-model pembelajaran yang dijadikan
pedoman untuk guru agar proses belajar mengajar lebih menarik yang nantinya
mampu membentuk anak didiknya menjadi lebih baik lagi seperti yang diharapkan.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka kami mengangkat topik masalah
model-model pembelajaran dapat memperkaya model pembelajaran sehingga
siswa tidak bosan untuk mengikuti pelajaran.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apakah
definisi dari model pembelajaran?
2.
Apa tujuan
dari model pembelajaran?
3.
Apa sajakah
model-model pembelajaran tersebut?
C. Tujuan
Penulisan Makalah
1.
Untuk
mengetahui definisi dari model pembelajaran.
2.
Untuk
mengetahui tujuan dari model pembelajaran.
3.
Untuk
mengetahui model-model pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Model Pembelajaran
Istilah model pembelajaran amat dekat dengan pengertian
strategi pembelajaran dan dibedakan dari istilah strategi, pendekatan dan
metode pembelajaran. Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas
daripada suatu strategi, metode, dan
teknik. Sedangkan istilah “strategi “ awal mulanya dikenal dalam dunia militer
terutama terkait dengan perang atau dunia olah raga, namun demikian makna
tersebut meluas tidak hanya ada pada dunia militer atau olahraga saja akan
tetapi bidang ekonomi, sosial, pendidikan.
Menurut Effendi (1980), istilah strategi, metode, pendekatan dan teknik
mendefinisikan sebagai berikut :
1. Strategi pembelajaran adalah separangkat
kebijaksanaan yang terpilih, yang telah dikaitkan dengan faktor yang
menetukan warna atau strategi tersebut, yaitu :
a. Pemilihan materi pelajaran (guru atau siswa)
b. Penyaji materi pelajaran (perorangan atau kelompok, atau
belajar mandiri)
c. Cara menyajikan materi pelajaran (induktif atau deduktif,
analitis atau sintesis, formal atau non formal)
d. Sasaran penerima materi pelajaran ( kelompok, perorangan, heterogen, atau homogen.
2. Pendekatan
Pembelajaran adalah
jalan atau arah yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran dilihat bagaimana
materi itu disajikan. Misalnya memahami suatu prinsip dengan pendekatan
induktif atau deduktif.
3. Metode
Pembelajaran adalah cara mengajar secara umum yang dapat diterapkan pada semua mata
pelajaran, misalnya mengajar dengan ceramah, ekspositori, tanya jawab, penemuan
terbimbing dan sebagainya.
4. Teknik
mengajar adalah penerapan secara khusus
suatu metode pembelajaran yang telah disesuaikan dengan kemampuan dan kebiasaan
guru, ketersediaan media pembelajaran serta kesiapan siswa. Misalnya teknik mengajarkan
perkalian dengan penjumlahan berulang.
Jadi Model Pembelajaran adalah sebagai suatu disain
yang menggambakan proses rincian dan
penciptaan situasi lingkungan yang
memungkinkan siswa berinteraksi sehingga
terjadi perubahan atau perkembangan pada diri siswa.
Lebih lanjut
Ismail (2003) menyatakan istilah
Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dipunyai oleh
strategi atau metode tertentu yaitu :
1. Rasional teoritik yang logis disusun oleh perancangnya,
2. Tujuan pembelajaran yang akan dicapai,
3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut
dapat dilaksanakan secara berhasil dan
4. Lingkungan belajar
yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.
Berbedanya
pengertian antara model, strategi, pendekatan dan metode serta
teknik diharapkan guru mata pelajaran
umumnya dan khususnya matematika mampu memilih model dan mempunyai strategi
pembelajaran yang sesuai dengan materi dan standar kompetensi serta kompetensi
dasar dalam standar isi.
B. Pemilihan Model Pembelajaran Sebagai Bentuk Implementasi
Strategi Pembelajaran.
Pemilihan
model dan metode pembelajaran menyangkut strategi dalam pembelajaran. Strategi
pembelajaran adalah perencanaan dan tindakan yang tepat dan cermat mengenai
kegiatan pembelajaran agar kompetensi dasar dan indikator pembelajarannya dapat
tercapai. Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap
kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar
terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan
siswa. Di madrasah, tindakan pembelajaran ini dilakukan nara sumber (guru)
terhadap peserta didiknya (siswa). Jadi, pada prinsipnya strategi pembelajaran
sangat terkait dengan pemilihan model dan metode pembelajaran yang dilakukan
guru dalam menyampaikan materi bahan ajar kepada para siswanya.
Pada
saat ini banyak dikembangkan model-model pembelajaran. Menurut penemunya, model
pembelajaran temuannya tersebut dipandang paling tepat diantara model
pembelajaran yang lain.
Untuk
menyikapi hal tersebut diatas, maka perlu kita sepakati hal-hal sebagai berikut
:
1. Siswa Pendidikan Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah banyak
yang masih berada dalam tahap berpikir konkret. Model dan metode apapun yang
diterapkan, pemanfaatan alat peraga masih diperlukan dalam menjelaskan beberapa
konsep matematika.
2. Kita tidak perlu mendewakan salah satu model pembelajaran
yang ada. Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelemahan dan
kekuatan.
3. Kita
dapat memilih salah satu model pembelajaran yang kita anggap sesuai dengan
materi pembelajaran kita; dan jika perlu kita dapat menggabungkan beberapa
model pembelajaran.
4. Model apa pun yang kita terapkan, jika kita kurang
menguasai meteri dan tidak disenangi para siswa, maka hasil pembelajaran
menjadi tidak efektif.
5. Oleh kerena itu komitmen kita adalah sebagai berikut :
a. Kita perlu menguasai materi yang harus kita ajarkan,
dapat mengajarkannya, dan terampil dalam menggunakan alat peraga.
b. Kita berniat untuk memberikan yang kita punyai kepada
para siswa dengan sepenuh hati, hangat, ramah, antusias, dan bertanggung jawab.
c. Menjaga agar para siswa “mencintai” kita, menyenangi
materi yang kta ajarkan, dengan tetap menjaga kredibilitas dan wibawa kita
sebagai guru dapat mengembangkan model pembelajaran sendiri. Anggaplah
kita sedang melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas.
Jadi model pembelajaran
adalah suatu pola atau langkah-langkah pembelajaran tertentu yang diterapkan
agar tujuan atau kompetensi dari hasil belajar yang diharapkan akan cepat dapat
di capai dengan lebih efektif dan
efisien.
C. Model-Model Pembelajaran
Model-model
pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan pembelajarannya,
sintaks (pola urutannya) dan sifat
lingkungan belajarnya. Sintaks (pola urutan) dari suatu model pembelajaran
adalah pola yang menggambarkan urutan alur tahap-tahap keseluruhan yang pada
umumnya disertai dengan serangkaian kegiatan pembelajaran. Sintaks (pola
urutan) dari suatu model pembelajaran tertentu menunjukkan dengan jelas
kegiatan-kegiatan apa yang harus dilakukan oleh guru atau siswa. Sintaks (pola
urutan) dari bermacam-macam model pembelajaran memiliki komponen-komponen yang
sama. Contoh, setiap model pembelajaran diawali dengan upaya menarik perhatian
siswa dan memotivasi siswa agar terlibat dalam proses pembelajaran. Setiap
model pembelajaran diakhiri dengan tahap menutup pelajaran, didalamnya meliputi kegiatan merangkum
pokok-pokok pelajaran yang dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru.
Pembelajaran kooperatif sesuai
dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan
orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembagian tugas, dan
rasa senasib. Dengsan memanfaatkan kenyataan itu, belajar berkelompok secara
koperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan,
pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih
berinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena koperatif adalah miniature dari
hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan
masing-masing.
Jadi model pembelajaran koperatif
adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerjasama saling
membantu mengkontruksikan konsep, menyelesaikan persoalan atau inkuiri.
Menurut teori dan pengalaman agar
kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4-5
orang, siswa heterogen (kemampuan, gender, karakter), ada kontrol dan
fasilitas, dan meminta tanggung jawab hasil kelompokberupa laporan atau
presentasi.
Sintaks (pola rutan) pembelajaran koperatif adalah :
Sintaks (pola rutan) pembelajaran koperatif adalah :
- informasi,
- pengarahan-strategi,
- membentuk kelompok heterogen,
- kerja kelompok,
- presentasi hasil kelompok dan
- pelaporan.
Contextual
Teacing and Learning (CTL) - Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang
dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang
terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa (daily life modeling), sehingga akan
terasa manfaat dari materi yang akan disajikan, motivasi belajar muncul, dunia
pikiran siswa menjadi konkret dan suasana menjadi kondusif-nyaman dan
menyenangkan. Prinsip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa
melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat dan mengembangkan
kemampuan sosialisasi.
Ada
tujuh indikator pembelajaran kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan model
lainnya, yaitu modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian
kompetensi-tujuan, pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh), questioning
(eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi,
inkuiri, generalisasi), learning community (seluruh siswa partisipatif dalam
belajar kelompok atau individual, minds-on, hands-on, mencoba, mengerjakan),
Inquiry (identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi,
menemukan), Contructivism (membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksikan
konsep-aturan, analisis sintesis), Reflection (reviu, rangkuman, tindak
lanjut), Authentic assessment (penilaian selama proses dan sesudah
pembelajaran, penilaian terhadap setiap aktivitas-usaha siswa, penilaian
fortofolio, penilaian seobjektif-objektifnya dari berbagai aspek dengan
berbagai cara)
Realistic
Mathematics Education (RME) dikembangkan oleh Freud di Belanda dengan pola
guided reinvention dalam mengkontruksi konsep-aturan melalui process of
mathematization, yaitu matematika horizontal (tools, fakta, konsep, prinsip,
algoritma, aturan untuk digunakan dalam menyelesaikan persoalan, proses dunia
empirik) dan vertikal (reoorgnisasi matematika melalui proses dalam dunia
rasio, pengembangan matematika).
Prinsip
RME adalah aktivitas (doing) konstruksivis, realitas (kebermaknaan
proses-aplikasi), pemahaman (menemukan-informal dalam konteks melalui refleksi,
informal ke formal), inter-twinment (keterkaitan-interkoneksi antar konsep),
interaksi (pembelajaran sebagai aktivitas sosial, sharing), dan bimbingan (dari
guru dalam penemuan).
Pembelajaran Langsung (DL= Direct
Learning) - Pengetahuan yang bersifat informal dan prosedural yang menjurus
pada keterampilan dasar akan lebih efektif jika disampaikan dengan cara
pembelajaran langsung.
Sintaks (pola rutan) adalah :
- menyiapkan siswa,
- sajian informasi dan prosedur,
- latihan terbimbing,
- refleksi,
- latihan mandiri, dan
- evaluasi. Cara ini sering disebut dengan metode ceramah atau ekspositori (ceramah bervariasi)
Problem
Based Learning (PBL) = Pembelajaran Berbasis Masalah. Kehidupan adalah
identik dengan masalah. Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan
kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik
dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemampuan berpikir tingkat
tinggi. Kondisi yang tetap harus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka,
negosiasi, demokrasi, suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa dapat berpikir
optimal.
Indikator
model pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi (analisis), interprestasi,
induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis,
generalisasi dan inkuiri.
Model Pembelajaran Problem Solving -
Dalam hal ini masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan yang tidak rutin,
belum dikenal cara penyelesaiannya. Justru Problem Solving adalah mencari
atau menemukan cara penyelesaian (menemukan pola, aturan atau algoritma).
Sintaks (pola rutan) adalah :
- sajikan permasalahan yang memenuhi kriteria di atas,
- siswa berkelompok atau individual mengidentifikasi pola atau aturan yang disajikan,
- siswa mengidentifikasi,
- mengeksplorasi,
- menginvestigasi,
- menduga dan
- akhirnya menemukan solusi.
Model Pembelajaran Problem Posing -
Bentuk lain dari problem posing adalah pemecahan masalah dengan melalui
elaborasi, yaitu merumuskan kembali masalah menjadi bagian-bagian yang lebih
simple sehingga dipahami.
Sintaknya adalah :
- Pemahaman,
- Jalan Keluar,
- Identifikasi Kekeliruan,
- Meminimalisasi Tulisan-Hitungan,
- Cari Alternative,
- Menyusun Soal-Pertanyaan.
Model
Pembelajaran Open Ended (OE) - Problem Terbuk. Pembelajaran dengan
problem (masalah) terbuka artinya pembelajaran yang menyajikan permasalahan
dengan pemecahan berbagai cara (flexibility) dan solusinya juga bisa beragam
(multi jawab, fluency). Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan orisinilitas
ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi-interaksi, sharing, keterbukaan
dan sosialisasi. Siswa dituntut untuk berimprovisasi mengembangkan metode, cara
atau pendekatan yang bervariasi dalam memperoleh jawaban, jawaban siswa
beragam. Selanjutnya siswa juga diminta untuk menjelaskan proses mencapai
jawaban tersebut. Dengan demikian, model pembelajaran ini lebih mementingkan
proses daripada produk yang akan membentuk pola pikir, keterpasuan,
keterbukaan, dan ragam berpikir.
Sajian
masalah haruslah kontekstual kaya makna secara matematik (gunakan gambar,
diagram, tabel), kembangkan permasalahan sesuai dengan kemampuan berpikir
siswa, kaitkan dengan materi selanjutnya, siapkan rencana bimbingan (sedikit
demi sedikit dilepas mandiri).
Sintaknya
adalah menyajikan masalah, perorganisasian pembelajaran, perhatikan dan
catat respon siswa, bimbingan dan pengarahan, membuat kesimpulan.
Model
Pembelajaran Probing-Prompting. Teknik probing-prompting adalah pembelajaran
dengan cara guru menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan
menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan setiap
siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari.
Selanjutnya siswa mengkontruksika konsep-prinsip-aturan menjadi pengetahuan
baru, dengan demikian pengetahuan baru tidak diberitahukan.
Dengan
model pembelajaran ini proses tanya jawab dilakukan dengan menunjuk siswa
secara acak sehingga setiap siswa mau tidak mau harus berpartisipasi aktif,
siswa tidak bisa menghindar dari proses pembelajaran, setiap saat ia bisa
dilibatkan dalam proses tanya jawab. Kemungkinan akan terjadi suasana tegang,
namun demikian bisa dibiasakan.
Untuk
mengurangi kondisi tersebut, guru hendaknya serangkaian pertanyaan disertai
dengan wajah ramah, suara menyejukkan, nada lembut. Ada canda, senyum, dan
tertawa, sehingga suasana menjadi nyaman, menyenangkan, dan ceria. Jangan lupa,
bahwa jawaban siswa yang salah harus dihargai karena salah adalah cirinya dia
sedang belajar, ia telah berpartisipasi.
Model
Pembelajaran Bersiklus (Cycle Learning). Ramse (1993) mengemukakan bahwa
pembelajaran efektif secara bersiklus, mulai dari eksplorasi (deskripsi),
kemudian eksplanasi (empiric), dan diakhiri dengan aplikasi (aduktif).
Eksplorasi berarti mengali pengetahuan prasyarat, eksplanasi berarti
mengenalkan konsep baru dan alternative pemecahan, dan aplikasi berarti
menggunakan konsep dalam konteks yang berbeda.
Model
Pembelajaran Reciprocal Learning - Weinstein & Meyer (1998) mengemukakan
bahwa dalam pembelajaran harus memperhatikan empat hal, yaitu bagaimana siswa
belajar, mengingat, berpikir dan memotivasi diri. Sedangkan Resnik (1999)
mengemukakan bahwa belajar efektif dengan cara membaca bermakna, merangkum,
bertanya, representasi, hipotesis.
Untuk
mewujudkan belajar efektif, cara pembelajaran resiprokal, yaitu : informasi,
pengarahan, berkelompok mengerjakan LKSD-Modul, membaca-merangkum.
12. Jigsaw
Model Pembelajaran Jigsaw adalah
tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Elliot Aronson’s. Model
pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap
pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari
materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan
materi tersebut kepada kelompoknya.
Sesuai dengan namanya, teknis
penerapan tipe pembelajaran ini maju mundur seperti gergaji. Menurut Arends
(1997), langkah-langkah penerapan model pembelajaran Jigsaw dalam matematika,
yaitu:
- Membentuk kelompok heterogen yang beranggotakan 4 – 6 orang
- Masing-masing kelompok mengirimkan satu orang wakil mereka untuk membahas topik, wakil ini disebut dengan kelompok ahli
- Kelompok ahli berdiskusi untuk membahas topik yang diberikan dan saling membantu untuk menguasai topik tersebut
- Setelah memahami materi, kelompok ahli menyebar dan kembali ke kelompok masing-masing, kemudian menjelaskan materi kepada rekan kelompoknya
- Guru memberikan tes individual pada akhir pembelajaran tentang materi yang telah didiskusikan
Kunci pembelajaran ini adalah
interpedensi setiap siswa terhadap anggota kelompok untuk memberikan informasi
yang diperlukan dengan tujuan agar dapat mengerjakan tes dengan baik.
Bila dibandingkan dengan metode
pembelajaran tradisional, model pembelajaran Jigsaw memiliki beberapa kelebihan
yaitu:
- Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar,karena sudah ada kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya
- Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat
- Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat.
Dalam penerapannya sering dijumpai
beberapa permasalahan yaitu :
- Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol jalannya diskusi. Untuk mengantisipasi masalah ini guru harus benar-benar memperhatikan jalannya diskusi. Guru harus menekankan agar para anggota kelompok menyimak terlebih dahulu penjelasan dari tenaga ahli. Kemudian baru mengajukan pertanyaan apabila tidak mengerti.
- Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berfpikir rendah akan mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai tenaga ahli. Untuk mengantisipasi hal ini guru harus memilih tenaga ahli secara tepat, kemudian memonitor kinerja mereka dalam menjelaskan materi, agar materi dapat tersampaikan secara akurat.
- Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan. Untuk mengantisipasi hal ini guru harus pandai menciptakan suasana kelas yang menggairahkan agar siswa yang cerdas tertantang untuk mengikuti jalannya diskusi.
- Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses pembelajaran.
13. TPS(Think Pair Share)
Strategi think pair share (TPS) atau
berpikir berpasangan berbagi adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif
yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.
Strategi think pair share ini
berkembang dari penelitian belajar kooperatif dan waktu tunggu. Pertama kali
dikembangkan oleh Frang Lyman dan Koleganya di universitas Maryland sesuai yang
dikutip Arends (1997),menyatakan bahwa think pair share merupakan suatu cara
yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi
bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan
kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam think pair share
dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling
membantu. Guru memperkirakan hanya melengkapi penyajian singkat atau siswa
membaca tugas, atau situasi yang menjadi tanda tanya . Sekarang guru
menginginkan siswa mempertimbangkan lebih banyak apa yang telah dijelaskan dan
dialami .Guru memilih menggunakan think-pair-share untuk membandingkan tanya
jawab kelompok keseluruhan.
Guru menggunakan langkah-langkah (
fase ) berikut:
- Langkah 1 : Berpikir ( thinking ) : Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah
- Langkah 2 : Berpasangan ( pairing ) : Selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasi. Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.
- Langkah 3 : Berbagi ( sharing ) : Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan. Arends, (1997) disadur Tjokrodihardjo, (2003).
Model Pembelajaran Team Games
Tournament (TGT). Penerapan model ini dengan cara mengelompokan siswa
heterogen, tugas tiap kelompok bisa sama bisa berbeda. Setelah memperoleh
tugas, setiap kelompok bekerja sama dalam bentuk kerja individual dan diskusi.
Usahakan dinamika kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetesi antar
kelompok, suasana diskusi nyaman dan menyenangkan seperti dalam kondisi
permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap terbuka, ramah, lembut,
santun, dan ada sajian bodoran.
Setelah selesai kerja kelompok sajikan hasil
kelompok sehingga terjadi diskusi kelas. Jika waktunya memungkinkan TGT bisa
dilaksanakan dalam beberapa pertemuan, atau dalam rangka mengisi waktu sesudah
UAS menjelang pembagian raport. Sintaknya adalah sbb :
- Buat kelompok siswa heterogen 4 orang kemuadian berikan informasi pokok materi dan mekanisme kegiatan.
- Siapkan meja turnamen secukupnya, misal 10 meja dan untuk tiap meja ditempati 4 siswa yang berkemampuan setara, meja 1 diisi oleh siswa dengan level tertinggi dari tiap kelompok dan seterusnya sampai meja ke-X ditempati oleh siswa yang levelnya paling rendah. Penentuan tiap siswa yang duduk pada meja tertentu adalah hasil kesepakatan kelompok.
- Selanjutnya dalah melaksanakan turnamen, setiap siswa mengambil kartu soal yang telah disediakan pada tiap mejadan mengerjakannya untuk jangka waktu tertentu (misal 3 menit). Siswa bisa mengerjakan lebih dari satu soal dan hasilnya diperiksa dan dinilai, sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu dan sekaligus skor kelompok asal. Siswa pada tiap meja turnamen sesuai dengan skor yang diperolehnya diberikan sebutan (gelar) superior, very good, good, medium.
- Mumping, pada turnamen kedua (begitu juga untuk turnamen ketiga-keempat dst.), dilakukan pergeseran tempat duduk pada meja turnamen sesuai dengan sebutan gelar tadi, siswa superior dalam kelompok meja turnamen yang sama, begitu pula untuk meja turnamen yang lainnya diisi oleh siswa dengan gelar yang sama.
- Setelah selesai hitunglah skor untuk tiap kelompok asal dan skor individual, berikan penghargaan kelompok dan individual.
STAD
adalah salah satu model pembelajaran kooperatif dengan sintaks : Pengarahan,
buat kelompok heterogen (4-5 orang), diskusikan bahan belajar-LKS-modul secara
kolaboratif, sajian-presentasi kelompok sehinggaterjadi diskusi kelas, kuis
individual dan buat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok, umumkan rekor
tim dan individual dan berikan reward.
Informasi
dari sumber lain tentang STAD, yaitu : Metode STAD merupakan salah satu model
pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan teori Psikologi sosial. Dalam teori
ini sinergi yang muncul dalam kerja kooperatif menghasilkan motivasi yang lebih
daripada individualistik dalam lingkungan kompetitif. Kerja kooperatif
meningkatkan perasaan positif satu dengan lainnya, mengurangi keterasingan dan
kesendirian , membangun hubungan dan menyediakan pandangan positif terhadap
orang lain.
Model
STAD ini mempunyai beberapa kelebihan antara lain didasarkan pada prinsip bahwa
para siswa bekerja bersama-sama dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap
belajar teman-temannya dalam tim dan juga dirinya sendiri, serta adanya
penghargaan kelompok yang mampu mendorong para siswa untuk kompak, setiap siswa
mendapat kesempatan yang sama untuk menunjang timnya mendapat nilai yang
maksimum sehingga termotivasi untuk belajar. Model STAD memiliki dua dampak
sekaligus pada diri para siswa yaitu dampak instruksional dan dampak sertaan.
Dampak instruksional yaitu penguasaan konsep dan ketrampilan, kebergantungan
positif, pemrosesan kelompok, dan kebersamaan. Dampak sertaan yaitu kepekaan
sosial, toleransi atas perbedaan, dan kesadaran akan perbedaan. Kelemahan yang
mungkin ditimbulkan dari penerapan metode STAD ini adalah adanya perpanjangan
waktu karena kemungkinan besar tiap kelompok belum dapat menyelesaikan tugas
sesuai waktu yang ditentukan sampai tiap anggota kelompok memahami
kompetensinya.
BAB III
PENUTUP
Strategi
pembelajaran adalah perencanaan dan tindakan yang tepat dan cermat mengenai
kegiatan pembelajaran agar kompetensi dasar dan indikator pembelajarannya dapat
tercapai. Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap
kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar
terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan
siswa.
Jadi model pembelajaran
adalah suatu pola atau langkah-langkah pembelajaran tertentu yang diterapkan
agar tujuan atau kompetensi dari hasil belajar yang diharapkan akan cepat dapat
di capai dengan lebih efektif dan efisien.
Model-model pembelajaran
tersebut antara lain: (1) CL (Cooperative Learning), (2) CTL (Contextual Teacing and Learning), (3) RME (Realistic Mathematics Education), (4) DL (Direct Learning), (5) PBL (Problem Based Learning), (6) Problem Solving, (7) Problem Posing, (8) OE (Open Ended)- Problem Terbuka, (9) Probing-Prompting, (10) Pembelajaran Bersiklus (Cycle Learning), (11) Reciprocal Learning, (12) Jigsaw, (13) TPS(Think Pair
Share), (14) TGT (Teams Game Tournament), (15) STAD (Student Team Achievement Division)
Daftar Pustaka
Depdiknas.
(2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta:
Balai Pustaka
Ismail. (2003). Media Pembelajaran (Model-model
Pembelajaran), Modul Diklat Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru Mata
Pelajaran Matematika. Jakarta: Direktorat PLP.
Rahmadi Widdiharto. (2006). Model-model
Pembelajaran Matematika. Makalah diklat guru pengembang matematika SMP.
Yogyakarta: PPPG Matematika.